MAMA RENDE ci kalong wetan

Wali Athfal Al-Ustadz, AI-‘Aalim, AI-Adiib, Azzaahid, AI-Mutawadli’, Al-Haliim, AI-Mujahid fi Sabilillah. KH.R. Ahmad Zakariya bin KH.R.Muhammad A`rif bin Eyang Rd. Sayyidi bin Eyang Rd.Sutajaya bin EYANG DALEM MAHMUD SYEKH ABDUL MANAF – BANDUNG
PERJALAN HIDUPNYA :
Beliau seorang penjual Aci dari usia remaja sampai usia 30 tahun, pada usia 30 tahun beliau terjatuh dari sepeda, kemudian marah dan berkata :” siang malam badan terasa repot terus-terusan membikin aci, sekarang terjatuh  dari sepeda ...aah..dari pada repot begini lebih baik mengaji ( mencari ilmu agama saja )  ...kemudian alat pembikin acinya di dibuang oleh beliau, dan pergi mendatangi MAMA EYANG PRABU  yakni Eyang MARZUKI bin Ta`zimmuddin bin Zainal A`rif  ( Eyang Agung Mahmud )  , sesampainya di tempat Mama Eyang Prabu  beliau bukan mengaji malah  dikasih kemenyan / luban dan disuruh berdzikir di depan makam Mama Eyang Ibrahim yang ada di Cipatik , setelah itu beliau pergi mengunjungi Makam Eyang Ibrahim cipatik , setelah sampai ke makam, kemudian beliau membakar itu kemenyan / luban  kemudian beliau berdzikir, ditengah-tengah berdikir beliau didatangi seekor macan kumbang , kemudian beliau dijilati dan goda oleh macan kumbangi itu, karena terus-terusan di goda, maka beliau merasa kesal,  kemudian menghadapi macan kumbang itu kemudian berkelahi dengan macan kumbang itu, akhirnya beliau kalah oleh macan kumbang itu ,kemudian macan kumbang itu  menghilang, sampai beliau tak sadarkan diri,  singkat cerita setelah beliau siuman dari tak sadarkan diri kemudian beliau pulang dari cipatik ke cigondewah dan mendatangi MAMA EYANG PRABU lagi , singkat cerita kemudian beliau di suruh mandi dari 7 mata air pancuran : karena beliau terluka bekas cakaran macan kumbang itu , setelah itu barulah beliau mandi :” diwaktu mandi terlihat a oleh beliau dari aliran air pancuran itu banyak ular, kala dan maklukh-makhluk air lainnya, dan terasa oleh beliau melilitnya ular dan berjalannya kala ke badan beliau , beliaupun menahan godaan tersebut, sampai akhirnya luka yang terasa sakit pun hilang seketika itu.
Kemudian beliau bergegas menghadapi Mama Eyang Prabu lagi, lalu Mama Eyang Prabu Menyuruh beliau pergi lagi ke Makam  Eyang  Ibrahim Cipatik lagi , dan berkata :” Kalau datang lagi macan kumbang itu , janganlah kamu lawan, biarkanlah dia , nanti juga dia akan merasa jemu dan akan pergi sendiri.
Kemudian beliaupun pergi lagi kecipatik dan melaksanakan tugas Mama Eyang Prabu, singkat cerita “di tengah-tengah berdzikirnya, beliau di goda lagi oleh macan kumbang itu,kemudian membiarkannya dijilati dicakar digigit  dan di terkam macan kumbang itu, tapi apa yang dirasakan beliau tidak terasa apa-apa , tidak seperti digigit dan cicakar waktu berkelahi,...akhirnya macan kumbang itu merasa jemu dan pergi , tak lama kemudian  terlihatlah oleh kedua mata beliau , terbelahnya makam Mama Eyang Cipatik dengan Kuasa Allah Swt.  dan keluarlah dari pekuburan itu Mama Eyang Cipatik dan berkata : Wa A`laikum Salam Wr. Wb. Kalau kamu pingin mengaji datangilah cucu saya yang masih hidup dari cihapit  yakni Muhammad Zarkasyi ( yakni Ama Eyang Cibaduyut ). Kemudian Mama Eyang Ibrahim Cipatik pun menghilang dari pandangan mata beliau.
Setelah itu lantas beliaupun pulang ke cigondewah , singkat cerita, pada hari esoknya Mama Eyang Prabu sudah ada didepan pintu  rumah beliau dan berkata :” Mari kita pergi ke cihapit untuk mendatangi Ama Cibaduyut, maka beliaupun merasa heran dan berkata dalam hati :” Kok ..Mama Eyang prabu tahu ?
Singkat cerita , kemudian beliaupun pergi dengan Mama Eyang ke cihapit, setelah beliau sampai dicihapit , lalu beliau disuruh menghapal dan bertafakkur oleh Ama cibaduyut ,tak lama kemudian beliaupun disuruh bermujahadah, yakni :
-    berkholwat
-    Melanggengkan wudhu
-    Melanggengkan puasa
-    Menyedikitkan tidur
-    Berdzikir
-    dan lain sebagainya
tata cara bermujahadah itu bisa dilihat dalam kitab Roudhotut Tholibin karangan Imam Ghozali RA.
Singkat cerita , setelah melewati 40 hari 40 malam bermujahadah kemudian beliaupun didatangi oleh Nabi Khodir balyanibnil Malkan. Dan  diludahinya mulut beliau  oleh Nabi Khodir balyanibnil Malkan.  Lalu ludah itu ditelannya oleh beliau, dan seketika itu juga beliau langsung  fasihah bisa berbahasa arab dan bias mengaji. Lantas Nabi Khodir balyanibnil Malkan berkata :”sebarkanlah ilmu aku ini olehmu...kemudian Nabi Khodir balyanibnil Malkan pun menghilang dari pandangan mata.
Singkat cerita : kemudian mama cibaduyutpun  menyuruh beliau  bermukim di cibabat untuk menyebarkan ilmu yang dimilikinya karena mama Cibaduyut  sudah tahu bahwa beliau telah didatangi Nabi Khodir balyanibnil Malkan, lantas  dicibabat beliau menyebarkan ilmu yang dimilikinya dan bergelar Ajengan Anom Cibabat
Dari cibabat banyak para ulama dan Kiyaihi yang mengaji kepada beliau, dan pada suatu hari para ulama dan kiyaihi yang mengaji kepada beliau tersebut dijegal oleh Mama Sepuh Cibabat dan berkata :”katakan pada Ajengan Anom Cibabat ,  dilarang  mengaji kepada Ajengan Kokorompong ( yakni belum menunaikan rukun islam yang kelima ) , maksud dari mama Cibabat  yakni untuk menguji  Ajengan Anom Cibabat, maka diceritakannya cerita mama eyang sepuh cibabat kepada ajengan anom cibabat, maka ajengan anom cibabat merasa senang mendengar ceritaan mama eyang sepuh cibabat karena telah mencegah belajar  kepada ajengan kokorompong yakni beliau sendiri, kemudian beliaupun berangkat ke Makkah Al-Mukarramah untuk menunaikan ibadah hajji. Sebelum berangkat ke makkah beliau mendatangi Mama khalifah Mahmud yakni KH.Zaenal ayahnya Mama Tahir  Mama adang  mahmud, kemudian dikasih doa oleh Mama khalifah Mahmud dan berkata :” kalau kamu merasa terdesak di negara arab , panggilah  nama saya : Hai Kang zainal...., begitu katanya.
Setelah itu kemudian ajengan anom cibabat ( mama rende ) berpamitan kepada Mama khalifah Mahmud, kemudian sepulang  ke cibabat lagi,  sesampainya di rumah beliau,  beliaupun membaca doa tersebut dan ternyata doa tersebut ada yang salah menyurut kaidah ilmu nahwu dan shorof, maka ajengan anom cibabat merobah doa tersebut ( karena merasa tahu ilmu nahwu dan shorof ).
Seminggu kemudian beliau pergi melaksanakan ibadah haji bersama 8 orang dari daerah banten salah satunya bernama harud dan elang , sesampainya di tanah arab beliau bertemu dengan perampok, semua jamaah haji yang  berangkat ke makkah al-mukarramah pada masa itu selalu dirampok hartanya dan dibunuh orangnya oleh perampok itu, begitu pula dengan ajengan anom cibabat ( mama rende ) beserta rombongannya ikut dirampok, kemudian ajengan anom cibabat mengajaknya bertarung dahulu , katanya : kalau kami kalah baru bisa diambil semua barang-barang kami...kemudian beliaupun berkelahi selama 7 hari tujuh malam melawan itu perampok, karena saking banyaknya perampok pada masa itu, beliau lupa makan,minum dan tidur dengan kekuasaan Allah Swt.  karena kelelahan berkelahi dan perampok-perampok itu lari tunggang langgang akhirnya sesudah beres berkelahi beliaupun tertidur , dan keesokan harinya beliau sudah dirantai dan tak  berdaya lagi, maka beliaupun membaca doa yang diberi oleh mama kholifah mahmud, dan ternyata doa tersebut tidak ada reaksinya karena sudah dirobah sama beliau sendiri karena merasa tahu ilmu nahwu dan shorof , sedangkan doa yang aslinya sudah terlupakan. Maka menyerahlah ajengan anom cibabat sambil perpikir untuk jalan keluarnya.
Tak lama kemudian datanglah raja perampok itu dan berkata :”mana jagoan dari tanah jawa itu ? yang bernama ahmad zakariya, maka perajurit perampok itu menunjukkan beliau yang lagi di rantai, kemudian raja perampok itu mengeluarkan pisau  zambia dari serangkanya , kemudian itu pisau dibuka dari serangkanya kemudian  mengeluarkan cahaya dari pisau Zambia itu, maka ajengan anom cibabat ( mama rende ) berkata dalam hati :”waduh celaka...kalau pisau dicabut keluar cahaya, maka orang yang dihunusnya akan mati meskipun tidak tembus oleh senjata apapun. Maka beliau berkata lagi dalam hati :”waduh saya telah berdosa kepada Allah Swt. Karena pernah berkata : kami tidak akan terbunuh sebelum membunuh, maka beliaupun spontan teringat nasihat mama khalifah mahmud   sewaktu mengasih doa kepada beliau , yakni kata-kata :”kalau kamu terdesak panggilah nama saya .
Maka sewaktu raja perampok itu mau menghunuskan pisau zambia itu kepada beliau, maka beliaupun berkata :”KANG  ZAINAL...sambil berteriak…..maka seketika itu juga raja perampok dan prajuritnya tumbang berjatuhan...dan rantai tersebut terputus seketika itu...
Singkat cerita :” maka beliaupun semakin disegani dan dihormati ,di tanah arab serta harum namanya, karena kehebatannya menaklukan  para perampok  beserta rajanya begitu juga menaklukkan raja arab pada masa itu.
sewaktu di tanah arab beliau melanjutkan misinya yakni beribadah hajji kemudian setelah menunaikan ibadah hajji beliau berguru ke Syekh Muhammad Mekkah dan bersahabat dengan Syekh Yasin Padang murid Ama Cibaduyut.
Setelah itu syekh muhammad mekkah menyuruhnya kembali ke jawa untuk meleksanakan tugas mulia dari  Allah dan Rosul-Nya , maka beliaupun kembali ke pulau jawa dan menyebarkan ilmunya di tanah jawa yakni di daerah cikalong wetan sampai beliau wafat di sana.
KAROMAHNYA :
Beliau diwaktu bermain dengan anak-anak , sama anak-anak  ( athfaal ) tersebut disuruh menyetop kereta api, maka beliau shalat  2 rakataan , setelah selesai shalat kemudian rel kereta itu di kasih sepucuk rumput, maka spontan kereta api itu berhenti tidak bisa berjalan, padahal  hanya dengan sepucuk rumput, kejadian itu disaksikan sama anak-anak pada masa itu.
Sifat beliau itu seperti sifat anak-anak ( Athfaal ) menurut kitab manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani RA. Kalau ada ahli ilmu yang  ahli beramal tapi bersifat seperti anak-anak,  maka mereka dari golongan Wali Athfaal.
Dan Sebagian dari Karamahnya lagi  kalau ada orang yang digigit ular diwilayah jobong atau di daerah makam mama rende, kemudian berziaroh ke makam mama rende, maka akan sembuh dari gigitan ular dan ularnya akan mati.
Cerita tersebut  bersumber dari muridnya yakni Mbah H.Mansur, sewaktu beliau menjadi santri  Mama rende, ada seekor ular gibug berwarna hitam yang lagi bertapa di pohon tisu, maka para santri pada lari tidak mau mengaji karena ada ular di pohon tisu dekat jobong tersebut , konon katanya kalau ada bayangan orang yang melewati ular gibug, maka orangnya akan di kejar dan digigit oleh ular gibug tersebut.
Singkat cerita maka mama rende pun membawa pisau lipat dan mendatangi ular tersebut maka ular gibugpun menyerang  mama rende maka dikasihkan kaki beliau kepada ular tersebut agar digigit , kemudian ular tersebut menggigit kakinya dan melilit celana komprangnya kemudian ular tersebut mati seketika itu. Lantas  lidah ular itu dipotong sama pisau lipat dan dipanggang dengan kayu harupat, kemudian diselipkan diatas kupiah dudukuy kepala  beliau untuk membuktikan bahwa beliau ( mama rende ) tidak bersalah, maka pada malam harinya menyerang ribuan ular dari mulai ular satu jengkal sampai yang panjang, dari mulai ular yang kecil sampai ular yang besar dari ular yang berjalan biasa sampai ular yang berjalan terbang, Ternyata ular  yang mati itu rajanya jin.
Kemudian ular-ular itu mengajak  bermusyawah dengan mama rende, kemudian bersepakat dan berjanji  ular-ular  tersebut  kepada beliau  dan berkata ular-ular itu:”kalau kami menggigit dahulu, maka kami akan mati....kemudian  ular-ular itu pun kembali ketempatnya masing-masing.
sampai sekarang  masih ada buktinya petilasan  batasnya yaitu yang dibatasi oleh pohon hanjuang di jobong  daerah cikalong wetan dekat makam mama rende.
Sebagian dari Karamahnya lagi  :  ada santrinya yang bernama mama lurah Jajuly yang ditugasi  khusus memerangi para penjudi, para pemabuk dan pemaksiatan lainnya pada masa itu.
Mbah haji mansur menceritakan pada waktu itu di cipatik jam 12 malam , mama rende mengadakan sesajen dan membakar kemenyan didepan kurung  ayam, kemudian terdengar suara kokokan ayam dari atas langit,  dan terjatuh dari atas langit ke dalam kurung tersebut, maka diambilnya itu ayam jejangkar itu , dan bertanya mbah H.mansur kepada mama rende , kata mbah H.mansur : Ki Ajengan buat apa ayam itu ? maka beliau menjawab :” buat si jajuly , biar tidak kalah mengadu ayam.
maka ayam jejangkar  itu di serahkan ke si Jajuly  selaku santri beliau, maka setiap hari si jajuly mengadukan ayam jejangkarnya dengan ayam Bangkok para penjudi, semua ayam Bangkok para penjudi kalah sama  ayam jangkar  jajuly, maka para penjudi pun penasaran dan ingin mengetahui resepnya agar terus-terusan menang  , maka para penjudipun berkata :”Hai jajuly apa resepnya ayam jangkar kepunyaan mu bias menang terus ? maka jajuly pun berkata kepada para penjudi itu :” Kalau kamu pingin menang datanglah ke rumah saya ? maka para penjudipun berdatangan kerumahnya, dari mulai satu orang sampai banyak orang dan berkumpul di rumah jajuly.
setelah berkumpul dirumahnya jajuly pun mengajarkan ilmu Aqoid, dan berkata :”kalau ingin berjudi terus-terusan menang kalian harus dekat dengan Allah Swt.
dan harus mengetahui  ilmu Aqoid, maka para penjudi itu merasa bingung dan penasaran  apa itu  ilmu aqoid karena merasa penasaran, maka para penjudi itu mengkaji ilmu Aqoid setelah itu mengkaji ilmu fiqih, akhirnya  para penjudi itu berhenti sendiri dari judinya.
Masya Allah. …Maha Kuasa Allah Swt.

sekian dulu dari kami dari mengulas  sekilas sejarah mama Rende sang Wali Athfal.
Percayalah para wali itu tidak mati melainkan hidup di alam lain,  yakni di sisi Allah-Nya.  Para wali hidup begitu pula para Nabi , mereka saling mengunjungi dan  mempunyai keperluan seperti orang-orang  yang hidup di dunia ini.  Dan Puncak perjalanan Para wali adalah awal perjalan bagi para Nabi.
wallohu a`lam...

Biografi Mama Aang Nuh Gentur


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ وَرَّخَ مُسْلِمًا فَكَأَ نَّمَا اَحْيَاهُ وَمَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَ نَّمَا زَارَنِى وَمَنْ زَارَنِى بَعْدَ وَفَاتِى وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِى. روه ابو داود وترمذى

“Barang siapa membuat tarekh (Biografi) seorang muslim, maka sama dengan menghidupkannya. Dan barang siapa ziarah kepada seorang Alim, maka sama dengan ziarah kepadaku (Nabi SAW). Dan barang siapa berziarah kepadaku setelah aku wafat, maka wajib baginya mendapat syafatku di Hari Qiyamat. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Ari Mama Aang Nuh Gentur - cianjur eta salahsahiji sosok ulama tanah pasundan anu al-alim al-alamah al-kamilil-wara.

Anjeuna jumeneng dina pertengahan kurun ka tilu  14 H  Teu ka uningakeun taun kelahirannana. tapi anu jelas anjeuna masih keturunan wali agung syehAbdul muhyi pamijahan. Ari nasabna nyaeta :

Silsilah Rundayan-Na ti jihat Ibu-Na nyaeta ngawitan ti :
1.  NABI AGUNG SAYYIDUNA MUHAMMAD SAW. fi masjidin Nabawi Madinah
2.  SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRO fil baqi` madinah NIKAH KA SAYYIDINA `ALI KWH.
3.  IMAM MAULANA HUSAIN SYAHID fil karbala
4.  IMAM ALI ZAINAL ABIDIN AS-SAJJAD fil baqi` madinah
5.  IMAM MUHAMMAD BAQIR fil baqi` madinah
6.  IMAM JA`FAR SHODIQ fi baqi`l madinah
7.  IMAM `ALI `UROIDHY fil `Uraidh Madinah
8.  IMAM MUHAMMAD NAQIB fil Bashroh
9.  IMAM `ISA AR-RUMMY AL-AZRAQ fil bashroh
10. IMAM AHMAD AL-MUHAJIR fil Hasyis Yaman
11. IMAM `UBAIDILLAH fis Sumal Yaman
12. IMAM `ALWI JADDI ALAWY fi Hadramaut Yaman
13.  IMAM MUHAMMAD  MAULA SHAMA`AH fil Bayt Jubair Yaman
14. IMAM `ALWI TSANI fil Bayt Jubair Yaman
15.‘IMAM `ALI KHOLI` QOSAM fi Tarim Yaman
16. IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBATH fi Marbath Oman
17.  IMAM `ALWI TSALITS AMMIL FAQIH  fi Yaman
18.  AYYID AMIR ABDUL MALIK JADDI AZHOMAH KHON fi Nasarabad India

19. SAYYID AMIR ABDULLAH  KHONIDDIN fi Nasarabad India
20. SAYYID AHMAD SYAH JALAALIDDIN fi Nasarabad India
21. SAYYID JAMAALUDDIN HUSAIN / SAYYID JAMAALUDDIN KUBRO fi Tonosora Wajo Sulawesi
22.  SAYYID IBRAHIM AL-AKBAR  ASMORO QONDI Gersik Karjo Tuban
23. SAYYID ISHAQ MAKHDHUM
24. SAYYID MUHAMMAD AINUL YAQIN
25. SUNAN GIRI LAYA
26. WIRA CANDRA
27. KENTOL SUMBIRANA
28. RADEN AJEUNG TANGANZIAH
29. WALIYULLAH SYEKH HAJJI ABDUL MUHYI PAMIJAHAN
30. SEMBAH DALEM BOJONG
31. SYEKH NUR KATIM
32. SYEKH NUR MAJID
33. SYEKH ABDUL QADIR CI HANEUT
34. SYEKH MUHAMMAD SA`ID
35. SYEKH AHMAD SYATHIBIY AL QONGTHURIY (  Mama Ajengan Kaler )
36. MAMA ABDUL HAQ NUH GENTUR CIANJUR


ti jihat Rama-Na nyaeta ti kawit :

1.   Nabi Adam As.
2.   Nabi Syis As.
3.   Anwar ( Nur cahya )
4.   Sangyang Nurasa
5.   Sangyang Wenang
6.   Sangyang Tunggal
7.   Sangyang Manikmaya
8.   Brahma
9.   Bramasada
10. Bramasatapa
11. Parikenan
12. Manumayasa
13. Sekutrem
14. Sakri
15. Palasara
16. Abiyasa
17. Pandu Dewanata
18. Arjuna
19. Abimanyu
20. Parikesit
21. Yudayana
22. Yudayaka
23. Jaya Amijaya
24. Kendrayana
25. Sumawicitra
26. Citrasoma
27. Pancadriya
28. Prabu Suwela
29. Sri Mahapunggung
30. Resi Kandihawan
31. Resi Gentayu
32. Lembu Amiluhur
33. Panji Asmarabangun
34. Rawisrengga
35. Prabu Lelea ( maha raja adi mulya )
36. Prabu Ciung Wanara
37. Sri Ratu Dewi Purbasari
38. Prabu Lingga Hyang
39. Prabu Lingga Wesi
40. Prabu Susuk Tunggal
41. Prabu Banyak Larang
42. Prabu Banyak Wangi / Munding sari I
43. ( a ) Prabu Mundingkawati / Prabu Lingga Buana
             / Munding wangi (Raja yang tewas di Bubat)
      ( b ) Prabu boros ngora / Buni sora suradipati
              / Prabu Kuda lelean berputra : Ki Gedeng Kasmaya
44. Prabu Wastu Kencana / Prabu Niskala wastu kancana
      / Prabu Siliwangi I
45. Prabu Anggalarang / Prabu Dewata Niskala /
      Jaka Suruh ( Raja Galuh / Kawali )  
46. Prabu Siliwangi II / Prabu Jaya dewata
      / Raden Pamanah rasa / Sri Baduga Maha Raja
47. Ratu Galuh
48. Ratu Puhun
49. Kuda Lanjar
50. Mudik Cikawung Ading
51. Entol Penengah
52. Sembah Lebe Warto Kusumah
53. Waliyullah Syeikh Haji Abdul Muhyi Pamijahan
54. Sembah Dalem Bojong
55. Syekh Nur Katim
56. Syekh Nur Majid
57. Syekh Abdul Qodir Cihaneut
58. Syekh Muhammad Said
59. Syekh Ahmad Syatibi Gentur (  Mama Ajengan Kaler )
60. Mama Abdul Haqq Nuh Gentur



PARA GURUNYA :

1.    Ayahnya sendiri yakni Mama Ajengan Kaler ( Al-Magfurlah K.H.Ahmad Syathiby RHM.)
2.    Uaknya yakni Mama Ajengan Kidul ( Al-Magfurlah K.H. Muhammad Qurthuby RHM.)
3.    Mama Cijerah Al-Magfurlah K.H. Muhammad Syafi`i bin K.H. Muhammad Amin RHM.
4.    Al-Magfurlah KH. Inayatillah bin Abdul Aziz RHM. pendiri pesantren Warudoyong atau Pondok Pesantren Salafiyah Al-Wardayani yang berlokasi di Kampung Warudoyong Desa Margaluyu Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi

TEMAN SEPERJUANGANNYA DI PONDOK PESANTREN CIJERAH :

1. Mama Sindang Sari ( K.H.Thoha bin K.H.Muhammad Showi )
2. Mama Badaraksa ( K.H.Thoha bin K.H.Hasan Al-Mustawi )
3. Mama Gelar ( K.H.Abdus Shommad )
4. Mama Obay karawang
5. Mama Syarifuddin Ponpes Fathul Huda cipaku Samarang garut
6. Ir.Soekarno Hatta ( Presiden RI pertama )
7. Dll.

AWAL KARAMAH NYA :
di waktu beliau berziarah ke makam Habib  Husen bin Abu bakar Al-Aydrus di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, beliau langsung bertemu secara jaga ( yaqozhoh ) dengan Habib  Husen bin Abu bakar Al-Aydrus dan di sambut baik sambil keluar dari dalam kuburnya....kemudian ditalqin dan di baiat langsung oleh Habib  Husen bin Abu bakar Al-Aydrus pemilik makam keramat luar batang....Masya Allah....itu semua adalah kekuasaan Allah Swt.

SEBAGIAN KARAMAH NYA :
- naik di atas monas dan ditembaki oleh jepang tahu-tahu berada di rumahnya
- masuk kedalam drum di tembaki oleh blanda tahu-tahu berada di rumahnya
- orang yang sedang melamun ditempelengnya kemudian  di suruh jualan peuyeum ubi kemudian orang tersebut mendadak kaya
dan banyak lagi Karamah yang lainnya yang belum Admin. tulis.....

Beliau wafat pada tahun 1990 M. semoga beliau dirahmati Allah...Aaaaaamiiiin.
AL-FATIHAH.......

ULAMA BANDUNG TEMPO DULU Raden K.H.Hasan Musthofa

Bismillahir Rahmanir Rahiim
Allahumma sholli a`la sayyidina muhammadin wa a`la aali sayyidina muhammadin wa a`la ahli bait

Silsilah Raden K.H.Hasan Musthofa

DARI PIHAK AYAH :

1. Sayyidina Maulana Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam

2. Sayyidatun Nissa Siti Fatimah Az-Zahro Binti Muhammad Saw.,
menikah dengan Kanjeng Sayyidina Al Imam Ali Bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah wa Radhiyallahu ‘Anhuma,

3. Al Imam Husein RA.
4. Al Imam Ali Zainal abidin Assajjad RA
5. Al Imam Muhammad Albaqir
6. Al Imam Ja’far Ash-Shadiq
7. Al Imam Ali Al Uraidhiy
8. Al Imam Muhammad Annaqib
9. Al Imam Isa Arruumiy
10. Al Imam Ahmad Almuhajir
11. Al Imam Ubaidillah
12. Al Imam Alwi bin Ubaidillah ( jaddu Bani Alawy ) RA.
13. Al Imam Muhammad Maula Shama’ah
14. Al Imam Alwi
15. Al Imam Ali Khali' Qasam
16. Al Imam Muhammad Shahib Marbath
17. Al Imam Ali Nuruddin Ba’alawiy
18. Al Imam Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin Ali Nuruddin Ba’alawiy RA.

19. Syaikhuna Maulana Yusuf Al-Mukhrowi (Jafri Al-Husaini) Ing Parsi
20. Syekh Abdullah Wahab ( wafat di Makkah )

21. Syekh Muhammad Akbar Al Ansari
( wafat di Madinah )

22. Syekh Abdul Muhyi Al Khoyri
( wafat di Palestina )

23. Syekh Muhammad Al Alsiy
( wafat di Parsi )

24. Syekh Abdul Kholiq Al Idrus
( datang ke Jepara, Jawa, awal tahun1400 M,
menikah dengan putri mubaligh Gujarat,
yaitu Syekh Muhammad Akbar )

25. Raden Muhammad Yunus
( Wong Agung Jepara )

26. Raden Abdul Qodir ( Dipati Unus)
( menjadi Sultan ke II Demak )

27. Raden Abdullah
( menikah dengan putri ke III Maulana Hasanuddin – Banten, bernama Fatimah )

28. Raden Aryawangsa, menikah dengan putri istana Pakuan,
bergelar Sultan Muhammad Wangsa

29. Raden Suryadiningrat (th 1580 M), nama aslinya Adipati Suryawangsa, menikah dengan salah seorang putri Panembahan Senopati (Mataram), berputra Raden Ngabehi Wirawangsa.

30. Raden Ngabehi Wirawangsa, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha I,
disebut Dalem Pasir Beganjing, berkedudukan di Leuwiloa (1641 – 1674). Menjadi kepala daerah Sukapura beribukota di Sukakerta. Resmi diangkat bupati menjadi bupati Sukapura bergelar Wiradadaha I, yang menjadi cikal bakal dinasti Wiradadaha di Sukapura (Tasikmalaya)
Raden Tumenggung Wiradadaha diberi gelar oleh Sultan Agung (Mataram), yaitu Raden Ngabehi Wirawangsa, bupati Sukapura pertama, karena berjasa menumpas pemberontakan Dipati Ukur th. 1632 M.

31. Raden Anggadipa (gelar Tumenggung Wiradadaha III mendapat sebutan Dalem Sawidak ).

32. Raden Subangmanggala (gelar Tumenggung Wiradadaha IV ).

33. Raden Secapati (gelar Tumenggung Wiradadaha V mendapat sebutan Dalem tumenggung secapati ).

34. Raden Jayangadireja (gelar Tumenggung Wiradadaha VI ).

35. Raden adipati wiratanubaya bupati parakan muncang (gelar Tumenggung Wiradadaha VII mendapat sebutan Dalem Jayamanggala II ).

36. Raden Sacamanggala (gelar H.Utsman Mas Sastramanggala camat cikajang ).

37. Raden K.H.Hasan Musthofa ( di makamkan di karang anyar lingkungan makam para bupati Jl.oto iskandar dinata kotamadya bandung  )


DARI PIHAK IBU :
1. Prabu Siliwangi II Rd.Pamanah rasa
2. Prabu Kiansantang / Sunan Rohmat Suci Godog
3. Dalem Sunan Pager ageung suci godog juru kunci pertama Makam Sunan Rohmat
……………………………..
.. Mas Kartapraja
..Nyimas Salpah (Nyimas Éméh),
..Raden K.H.Hasan Musthofa ( di makamkan di karang anyar lingkungan makam para bupati Jl.oto iskandar dinata kotamadya bandung  )


Haji Hasan Mustafa (Garut, Jawa Barat, 1268 H/3 Juni 1852 M – Bandung, 1348 H/13 Januari 1930) adalah seorang ulama dan pujangga Islam yang banyak menulis masalah agama dan tasawuf dalam bentuk guritan (pusisi yang berirama dalam bahasa Sunda), pernah menjadi kepala penghulu di Aceh pada zaman Hindia Belanda.
Haji Hasan Mustafa lahir dan hidup dalam lingkungan menak (bangsawan Sunda), tetapi berorientasi pada pesantren. [Ayahnya, Mas Sastramanggala, setelah naik haji disebut Haji Usman, camat perkebunan.] Karena kekerasan hati ayahnya ia tidak dididik melalui bangku sekolah yang akan membukakan dunia menak bagi masa depannya, melainkan dimasukkan ke pesantren. Pertama-tama ia belajar mengaji dari orang tuanya, kemudian belajar qiraah (membaca al-Qur’an dengan baik) dari Kiai Hasan Basri, seorang ulama dari Kiarakoneng, Garut, dan dari seorang qari yang masih berkerabat dengan ibunya.
Ketika berusia 8 tahun, ia dibawa ayahnya menunaikan ibadah haji untuk pertama kali. Di Mekah ia bermukim selama setahun dan belajar bahasa Arab dan membaca al-Qur’an. Sepulangnya dari Mekah di masukkan ke berbagai pesantren di Garut dan Sumedang. Ia belajar dasar-dasar ilmu syaraf dan nahwu (tata bahasa Arab) kepada Rd. H Yahya, seorang pensiunan penghulu di Garut. Kemudian ia pindah ke Abdul Hasan, seorang kiai dari Sawahdadap, Sumedang. Dari Sumedang ia kembali lagi ke Garut untuk belajar kepada Kiai Muhammad Irja, murid Kiai Abdul Kahar, seorang kiai terkenal dari Surabaya dan murid dari Syekh Khalil Bangkalan Madura,. Pada tahun 1874, ia berangkat untuk kedua kalinya ke Mekah guna memperdalam ilmu-ilmu keagamaan Islam. Kali ini ia bermukim di Mekah selama 8 tahun. Ketika berada di Mekah ia berkenalan dengan Christiaan Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda yang sedang meneliti masyarakat Islam di Mekah. Pertemuan itu membuat hubungan keduanya akrab sampai Haji Hasan Mustafa meninggal dunia dan Snouck Hurgronje kembali ke negerinya setelah menunaikan tugas pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.
Menurut data yang diperoleh dari P.S. van Koningsveld, seorang ahli bahasa Arab dan agama Islam di Belanda, melalui naskah asli Abu Bakar Djajadiningrat, seorang ulama Indonesia, yang dianggap sebagai sumber utama Snouck Hurgronje tentang Mekah, diperoleh informasi bahwa Haji Hasan Mustafa adalah seorang ulama terkemuka dari Jawa yang berada di Mekah menjelang akhir abad ke-19. Ia dianggap setingkat dengan Haji Ahmad Banten, putra Syekh Nawawi al-Jawi (Nawawi al-Bantani). Dalam urutan nama ulama Jawa terkemuka di Mekah saat itu, Haji Hasan Mustafa ditempatkan dalam urutan keenam. Ia mengajar di Masjidil Haram dan mempunyai 30 orang murid. Haji Hasan Mustafa menulis buku dalam bahasa Arab,Fath al-Mu’in (Kunci Penolong), yang diterbitkan di Mesir.
Haji Hasan Mustafa adalah seorang ulama yang menguasai berbagai macam ilmu yang diperoleh dari guru-gurunya di Mekah. Selain kepada Syekh Nawawi al-Bantani, ia juga berguru pada Syekh Mustafa al-Afifi, Syekh Abdullah az-Zawawi, Hasballah, dan Syekh Bakar as-Satha, semuanya adalah orang Arab.
Haji Hasan Mustafa meninggalkan Mekah pada tahun 1882, karena dipanggil oleh RH. Muhammad Musa, penghulu Garut pada masa itu. Ia dipanggil pulang untuk meredakan ketegangan akibat perbedaan paham di antara para ulama di Garut. Berkat usaha Haji Hasan Mustafa dan bantuan RH. Muhammad Musa, perselisihan itu dapat diredakan. Selama 7 tahun ia memberikan pelajaran agama siang dan malam, terutama di Masjid Agung Garut.
Karena pengetahuan agamanya yang luas, Snouck Hurgronje pada tahun 1889 memintanya untuk mendampinginya dalam perjalanan keliling Jawa dan Madura. Ketika itu Snouck Hurgronje adalah penasihat pemerintah Hindia Belanda tentang masalah Bumiputra dan Arab. Ia menjadi pembantu Snouck Hurgronje selama 7 tahun. Atas usul Snouck Hurgronje, pemerintah Belanda mengangkat Haji Hasan Mustafa menjadi kepala penghulu di Aceh pada tanggal 25 Agustus 1893.
Jabatan kepala penghulu di Aceh dipegangnya selama 2 tahun (1893-1895). Kemudian pada tahun 1895 ia kembali ke Bandung dan menjadi penghulu Bandung selama 23 tahun. Akhirnya pada tahun 1918, atas permintaannya sendiri ia memperoleh pensiun.
Haji Hasan Mustafa adalah seorang ulama yang sabar, berpendirian teguh dan berani mengemukakan pendapat serta pendirian. Ia mengembangkan ajaran islam melalui tugas sebagai penghulu dan kegiatannya sebagai pengajaran agama dan tasawuf dalam pertemuan-pertemuan informal. Di antara muridnya terdapat Kiai Kurdi dari Singaparna, Tasikmalaya, yang mempunyai sebuah pesantren.
Ajaran Islam ditulis dan diajarkannya dengan menggunakan lambang-lambang yang terdapat dalam pantun serta wayang tradisional Sunda. Metafora yang dipergunakan sering bersifat khas Sunda. Penyampaian ajaran agama Islam begitu dekat dengan kebudayaan setempat (Sunda). Ia memetik 104 ayat al-Qur’an untuk orang Sunda. Jumlah itu dianggap cukup dan sesuai dengan kemampuan orang Sunda dalam memahami ajaran islam.
Aliran mengenai tasawuf yang dianut oleh K.H.Hasan Musthofa menganut aliran Syathariyyah, yang diterima langsung dari Syekh Haji Abdul Muhyi pamijahan jawa barat, salah seorang murid Syekh Abdur Rauf Singkel. Dan Dalam karyanya ia sering menyebut nama Imam al-Ghazali sebagai sufi yang dikaguminya.
Haji Hasan Mustafa menyebarkan ajaran Islam melalui karya-karya seninya yang sangat berlainan dengan karya-karya seni Sunda pada masa itu. Umumnya yang dibahas adalah maslah-masalah ketuhanan (tasawuf). Bentuk formalnya mirip dengan kitab-kitab suluk dalam bahasa Jawa, tetapi isinya lebih dekat dengan tradisi puisi tasawuf. Karya-karya itu merupakan perpaduan atas tanggapan, renungan, dan pendapat Haji Hasan Mustafa terhadap bermacam-macam pengetahuan yang dikuasainya, yakni agama Islam, tasawuf, kebudayaan Sunda, dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Hampir semua karyanya ditulis dalam huruf pegon (tulisan menggunakan huruf Arab tetapi kata-kata dalam bahasa Jawa atau Sunda).
[Sekitar tahun 1900 ia menulis lebih dari 10.000 bait dangding yang mutunya dianggap sangat tinggi oleh para pengeritik sastra Sunda. Karya tersebut umumnya membahas masalah suluk, terutama membahas hubungan antara hamba (kaula) dengan Tuhan (Gusti). Metafora yang sering digunakannya untuk menggambarkan hubungan itu ialah seperti rebung dengan bambu, seperti pohon aren dengancaruluk (bahan aren), yang menyebabkan sebagian ulama menuduhnya pengikut mazhab wahdatul-wujud. Terhadap tuduhan itu, ia sempat membuat bantahan Injaz al-Wa'd, fi Ithfa al-Ra'd (membalas kontan sekalian membekap guntur menyambar) dalam bahasa Arab yang salah satu salinan naskahnya masih tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden.]
Karya-karyanya yang pernah dicetak dan dijual kepada umum adalah Bab Adat-Adat Urang Sunda Jeung Priangan Liana ti Éta (1913), esei tentang suku Sunda, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan Belanda (1977); Leutik Jadi Patélaan Adatna Jalma-Jalma di Pasundan (1916); Pakumpulan Atawa Susuratanana Antara Juragan Haji Hasan Mustafa Sareng Kyai Kurdi (1925); Buku Pengapungan (Hadis Mikraj, tahun 1928); dan Syekh Nurjaman (1958).
Di samping itu terdapat pula buku-bukunya yang hanya dicetak dan diedarkan di kalangan terbatas, seperti Buku Pusaka Kanaga Wara, Pamalatén, Wawarisan, danKasauran Panungtungan. Semua buku tersebut tidak diketahui tahun terbitnya.
Karya-karyanya yang dipublikasikan dalam bentuk stensilan ialah Petikan Qur’an Katut Abad Padikana (1937) dan Galaran Sasaka di Kaislaman (1937). Masih ada karya lain yang tidak dipublikasikan dan disimpan oleh M. Wangsaatmadja (sekretarisnya, 1923-1930). Pada tahun 1960 naskah tersebut diketik ulang dan diberi judul Aji Wiwitan (17 jilid). [Selain itu, Haji Hasan Mustapa menulis naskah dalam bahasa melayu Kasful Sarair fi Hakikati Aceh wa Fidir (Buku Rahasia Sebetulnya Aceh dan Fidi) yang sampai sekarang naskahnya tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden.]
Pada tahun 1977 haji Hasan Mustafa sebagai sastrawan Sunda memperoleh hadiah seni dari presiden Republik Indonesia secara anumerta.*** (Sumber: Suplemen Ensiklopedi Islam Jilid 1, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, cet-9, 2003, hal. 183-184. Tulisan di dalam kurung tegak merupakan catatan tambahan dari Ensiklopedi Sunda.)